Awal Februari lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan status darurat atau Public Health Emergency Internasional Concern
(PHEIC) terhadap virus zika karena diduga memiliki hubungan dengan gangguan
saraf seperi mikrosefalus.
Namun, status darurat pada virus zika dikatakan
berbeda dengan ebola. Ebola adalah
penyakit menular yang bisa berakibat fatal. Virus Ebola diduga berasal dari
kelelawar buah dan pertama kali dideteksi pada 1976 dekat Sungai Ebola yang
berada di negara Kongo.
"Kalau ebola, dikatakan sebagai PHEIC karena apa yang
sudah diketahui tentang virus tersebut. Kalau zika, ditetapkan sebagai PHEIC
karena apa yang tidak diketahui tentang virus itu, tapi tiba-tiba ada peningkatan
yang cukup signifikan," kata Tjandra dalam acara Diskusi Panel Virus Zika
di Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu (17/2/2016).
Sampai saat ini, hubungan antara virus zika dengan
mikrosefalus atau kelainan saraf lainnya belum bisa dikonfirmasi. Para peneliti
masih mencoba mencari tahu kebenaran dugaan tersebut. Meski belum ditemukan
kaitannya, masyarakat diminta waspada. Apalagi jika tinggal di daerah atau
dekat dengan daerah tempat virus tersebut mewabah.
Walaupun tidak banyak ditemukan kasus virus zika di
Indonesia, tapi sebenarnya Indonesia termasuk ke dalam negara yang terindikasi
sebagai tempat sirkulasi virus. Hal itu disebabkan pernah ditemukannya satu
kasus zika di Indonesia pada 2015 lalu, tepatnya di Jambi. Selain itu, vektor
pembawa virus zika yaitu nyamuk yang memiliki gen Aedes senang berkembang biak
di daerah tropis,
Virus Ebola telah menewaskan ribuan orang di Afrika Barat
dan baru-baru ini tenaga kerja Indonesia asal Jawa Timur diduga terjangkit
setelah pulang dari Liberia. Virus Ebola bisa tertular lewat melalui darah,
muntah, feses, dan cairan tubuh dari manusia pengidap Ebola ke manusia lain.
Virus juga bisa ditemukan dalam urin dan cairan sperma.
Belum jelas kapan virus ini bertahan di luar tubuh tetapi
sejumlah bukti menunjukan virus bisa bertahan hingga enam hari. Pemutih dan
klorin dapat membunuh Ebola. Penyakit ini tidak menular lewat udara, seperti
flu. Setelah terinfeksi, virus membutuhkan waktu dua hingga 21 hari untuk
akhirnya menunjukan gejala.
Belum ada obat yang dinyatakan pasti bisa menyembuhkan.
Pasien yang sakit parah butuh mengembalikan cairan secara cepat dengan
menggunakan cairan infus. Mereka harus diisolasi dari orang lain dan diberikan
perawatan intensif oleh para ahli medis.
90 persen kasus penyakit yang diakibatkan virus Ebola
berakhir dengan kematian. Hingga kini para pakar kesehatan belum berhasil
menemukan obat atau vaksinasi yang ampuh. Penyakit ini khususnya ditemukan di
desa-desa terpencil di kawasan Afrika Tengah dan Barat, terutama di Republik
Demokratik Kongo, Republik Kongo, Sudan, Gabun, Pantai Gading, Uganda, dan kini
di Guinea. Sekitar 60 orang sudah meninggal disana sejak pertengahan Februari
tahun ini karena terinfeksi virus tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar