Selasa, 01 Maret 2016

'TERJADILAH PADAKU MENURUT PERKATAANMU’ BENARKAH BRIGADIR PETRUS MEMBUNUH KARENA KERASUKAN

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengutuk tindakan Brigadir Petrus Bakus, anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalbar, yang tega membunuh dua anaknya sendiri dengan sadis. KPAI minta agar Petrus diberi hukuman dan minta agar foto korban tidak disebarluaskan.

Anggota Polres Melawi, Kalimantan Barat ini memutilasi dua anak kandungnya mengaku mendapat bisikan sehingga melakukan perbuatan keji itu. Istrinya menyebut Petrus kerap kerasukan. Sementara Polda Kalbar menduga, Petrus mengidap penyakit mental schizophrenia. Bagaimana sebetulnya tes kejiwaan di kepolisian?.
"Ada tes psikologi untuk melihat ketangguhan, ketabahan, keuletan, kecermatan, kehati-hatian baik untuk tingkat bintara hingga perwira. Itu sekali saja pada saat masuk. Cuma masalahnya waktu tes itu bisa saja kemungkinan-kemungkinan nakal, main-main. Kadang-kadang ada yang kurang memenuhi syarat bisa diterima juga," jelas Bambang saat dihubungi Jumat (2/2/2016) malam. Saat ditanya apakah ada upaya deteksi yang dilakukan seperti atasan mengawasi bawahan, Kapolri menegaskan tak semua aspek bisa dideteksi.
Menurut Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto, Selasa (1/3/2016), bercerita hasil penyidikan yang didapatkan penyidik. Suatu hari, istrinya menemukan SMS diduga dari perempuan. Nah, mulai dari SMS itu terjadi keributan dari keduanya. Bibit kecurigaan muncul. Petrus sampai meminta anak buahnya mengikuti istrinya. Istrinya ini terima kue pesanan. Konflik rumah tangga ini pun sampai ke Romo, keduanya merupakan penganut Katolik. Ada empat kali Petrus berkonsultasi. Nasihat Romo agar Petrus dan istrinya sering berkomunikasi.
Selain urusan rumah tangga, ternyata juga Petrus pernah curhat ke rekannya yang bernama Solikin. Pada 21 Februari lalu, Petrus mengutarakan kalau dia tidak bisa masuk karena sakit. Hari selanjutnya Petrus cerita kalau dia dikelilingi awan hitam, dan ada sekitar 20 orang pria berbadan tegap yang mengikuti dirinya, Penyidik mendapatkan cerita dari Solikin dan juga dari istri Petrus. Beberapa hari sebelum kejadian pembunuhan, Petrus menurut istrinya marah-marah sendiri dan mengaku ada yang mengikuti. Di saat itu juga sekitar jelang akhir Februari, Petrus datang menemui Romo-nya dan meminta agar dipasang spanduk 'Terjadilah Padaku Menurut Perkataanmu'.
"Saat itu Romo-nya juga melihat sudah ada yang aneh. Dan tulisan seperti itu ada ditemukan di secarik kertas di rumah Petrus saat dilakukan olah TKP," urainya. Polisi belum tahu makna tulisan itu. "Sebelumnya anak korban juga pernah menyampaikan ke ibunya, kalau ayahnya ingin membunuh si ibu. Karena perkataan anak kecil, ibunya anggap biasa," tambah Arief.
Hingga akhirnya terjadi peristiwa pembunuhan pada Jumat (26/2) dini hari. Fabian (5) dan Amora (3) dibunuh dan dimutilasi. Saat hendak membunuh istrinya, perempuan itu meminta diambilkan air. Petrus mengambil air, dan istrinya pergi meminta pertolongan. "Di penjara dia meracau melaksanakan pembunuhan atas perintah Tuhan, anaknya sudah di surga sudah menyatu dengan dirinya," imbuh Arief.
Namun apakah Petrus belajar sesuatu ilmu sehingga berbuat seperti itu, Arief belum bisa memastikan. Pastinya polisi menemukan kayu bakar juga di sekitar rumah Petrus yang ternyata sengaja dikumpulkan. Jadi, Petrus akan bakar diri setelah membunuh dua anaknya dan istrinya. "Penyidik masih mengumpulkan saksi-saksi dan melengkapi berkas," tutup dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar