Peneliti,penduduk, turis, dan
pemerintah mulai bersiap menyambut Gerhana Matahari total yang akan berlangusng
pada tanggal 9 Maret 2016. Gerhana Matahari adalah fenomena langka yang jadi
buruan semua kalangan manusia. Kali ini istimewa karena wilayah daratan yang
dilalui gerhana total hanya Indonesia.
Jalur totalitas gerhana
membentang dari Samudra India hingga utara Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Provinsi-provinsi
Indonesia yang dilalui yaitu Sumatera
Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu,
semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat,
Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi. Namun, tidak semua daerah di
provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana.
Fenomena alam langka itu diburu
peneliti dan wisatawan. Data sementara, peneliti Lapan serta Badan Penerbangan
dan Antariksa Nasional AS (NASA) akan mengamati GMT di Maba. Tim Lapan juga
akan mengamati di Ternate, Maluku Utara.
Kepala Observatorium Bosscha ITB
Mahasena Putra mengatakan, sejumlah peneliti yang tersebar di beberapa daerah
itu berencana menyiarkan langsung GMT melalui fasilitas live streaming sehingga
totalitas gerhana tetap bisa dinikmati masyarakat di daerah lain.
"Tim BMKG akan meneliti
variasi medan magnet Bumi dan anomali gravitasi Bumi selama gerhana," ujar
Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya
Murjaya dalam peluncuran Hitung Mundur GMT 2016, Kamis (14/1).
Adapun peneliti Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peneliti Korea Selatan, dan Himpunan
Astronomi Amatir Jakarta mengamati gerhana di Palu, Sulteng, dan sekitarnya.
Jumlah peneliti asing bisa bertambah mengingat sebagian masih mengajukan izin
penelitian.
Tim Program Studi Astronomi ITB
dan Observatorium Bosscha ITB tersebar di sejumlah wilayah. Sejumlah peneliti
yang tergabung dalam Universe Awareness (Unawe) Indonesia akan melihat GMT di
Poso, Sulawesi Tengah. Sebagian lagi akan meneliti di Tanah Grogot, Kalimantan
Timur, dan Belitung, Bangka Belitung.
Pada Rabu, tanggal 9 Maret 2016,
gerhana terjadi pagi hari bersamaan dengan perayaan hari raya Nyepi. Di wilayah
Indonesia barat, gerhana mulai pukul 06.20 WIB, sedangkan di Indonesia tengah
dan timur pukul 07.25 Wita dan 08.35 WIT. Fase GMT rata-rata terjadi satu jam
kemudian.
"Lama Gerhana Matahari total
(GMT) di Indonesia 1,5-3 menit, Selama GMT, piringan Matahari tertutup penuh
oleh piringan Bulan dan hanya menyisakan cahaya korona atau bagian atas
atmosfer Matahari. Hari yang terang akan berubah seperti senja untuk sesaat. Di
luar daerah yang dilintasi jalur totalitas gerhana akan mengalami Gerhana
Matahari sebagian (GMS). Daerah yang mengalami GMS akan melihat Matahari
berbentuk sabit. Seluruh wilayah Indonesia, di luar yang mengalami GMT, akan
mengalami GMS" kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan) Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Jumat (15/1).
Di pusat jalur gerhana, gerhana
total terpendek terjadi di Seai, Pulau Pagai Selatan, Sumatera Barat, selama 1
menit 54 detik dan terpanjang di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, selama 3
menit 17 detik. Totalitas gerhana terlama terjadi di satu titik di atas Samudra
Pasifik di utara Papua Niugini selama 4 menit 9 detik.
Selain kegiatan ilmiah, peneliti,
komunikator astronomi, dan astronom amatir itu juga akan mengadakan berbagai
kegiatan edukasi publik, mengajak menikmati GMT dengan aman. Lalu,
menjadikannya sebagai peristiwa budaya yang menyenangkan. "GMT adalah
fenomena alam yang istimewa, belum tentu anak cucu kita akan
mengalaminya," kata Premana W Premadi dari Unawe Indonesia.
Pemerintah daerah pun bersiap.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian
Pariwisata Esthy Reko Astuti, berbagai kegiatan pendukung menjelang hingga
sesudah gerhana disiapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar